Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Rabu, 21 Mei 2014

FF Twoshot - Where's Your Brain ? (part 1) | Park Chanyeol



Main cast :   
                   Park chanyeol as park chanyeol and Lee yongjun
2.                                            Lee ji ah
Other cast :
1.                                            Lee chaerin
2.                                            Jang hyunseung
3.                                           And other. Find it yourself
Genre :        dangdut koplo (?)
Warning :     typo merajalela
Inspiration by :  song joong ki’s film “a werewolf boy”
My suporter :    Gaho Kwon *olweis

Tabidiot~~

Siang itu disebuah toko bunga, seorang namja tampan bertubuh tinggi semampai sedang memilih-milih bunga yang akan ia berikan untuk yeojachingu nya.
“ahjuma aku mau mawar merah ini satu buket, tolong tuliskan untuk yeoja ini” ucap namja itu seraya menyerahkan sebuah kertas bertuliskan nama seorang yeoja yang mungkin sangat dicintai nya.
“arraseo tuan”
Namja itupun mendapatkan apa yang ia kehendaki, sebuah buket bunga mawar merah yang cantik menggambarkan sosok seorang yeoja yang akan mendapatkan bunga itu.
Di sisi lain~
Seseorang  mengenakan sepatu boot hitam, celana jeans dan jaket kulit serta memakai helm racing, ditambah dengan slayer hitam bergambar tengkorak yang dipakai menutupi setengah wajahnya membuat orang itu hanya terlihat bagian matanya saja mengendarai motor besar berwarna putih bermerk kawasaki ninja 250 cc dengan kecepatan diatas rata-rata.
Setelah ia melewati tikungan, tiba-tiba seorang namja membawa sebuket bunga menyeberang jalan begitu saja tanpa menoleh kanan-kiri tetapi justru memfokuskan pandangannya pada sebuket bunga yang dibawanya sambil tersenyum sendiri. Membuat si pengendara motor terkejut, namun naas belum sempat ia mengerem, namja penyeberang jalan yang tadi sedang tepat di tengah jalan tertabrak dengan kerasnya..
Duarrr~~
Ia terpental beberapa meter. Si pengendara motor pun terjatuh serta terseret motornya sendiri membuatnya mengerang cukup keras. Siapa sangka bahwa pengendara motor tersebut adalah seorang yeoja, hal itu terbukti saat ia bangun dengan tertatih-tatih seraya melepas dan membuang helm nya kasar, dan mencoba berlari menghampiri namja yang ditabraknya tadi dengan kaki terpincang-pincang, sedangkan mawar merah yang dibawa namja itu pun pun kini sudah berserakan tak berbentuk sama seperti motor yeoja itu.
“yakk.. palli ireona!! Ireona!!” teriak gadis itu mencoba menepuk-nepuk pipi namja yang sudah tak sadarkan diri itu. Orang-orang disekitar situ pun berkerumun, sebagian merasa iba dan segera menelfon ambulance.
Namja itupun segera dibawa ke rumah sakit, kepala bagian belakangnya banyak mengeluarkan darah akibat terbentur aspal. Sedangkan si yeoja juga ikut dalam ambulance tersebut, namun ia hanya mengalami sedikit luka dibagian siku dan lututnya.
Sesampainya di rumah sakit, namja itu segera dibawa menuju UGD. Dan dokter pun segera menangani nya. Si yeoja yang sering dipanggil Jia itu kini juga sedang di obati luka-lukanya oleh perawat di ruangan berbeda. Selesai pengobatan, jia kembali menuju UGD berharap namja itu baik-baik saja. Kebetulan saat jia sampai di depan ruang UGD dokter yang menangani namja itu tadi keluar dari ruangan.
“annyeonghaseyo.. dokter. Bagaimana keadaanya? Ah aku adiknya” tanya jia cemas. Dan segera menjawab tatapan dokter yang seakan bertanya anda siapa nya?
Dokter yang sudah terlihat senior itu pun menjawab pertanyaan yang diajukan jia, “kondisinya cukup buruk, ia kehilangan banyak darah, kami harus segera melakukan tindakan operasi”
“apapun itu.. lakukan sekarang dokter!” pinta jia sedikit berseru. Lalu dokter mengisyaratkan perawat untuk mendata pasien yang jia sebut sebagai kakak nya itu.
“mianhae, siapa nama pasien didalam aghassi?” tanya perawat ramah.
“nama nya… eumm yongjun.. lee yongjun..” jawab jia asal karena sebenarnya ia tak tau nama namja itu.
“ah baik, berapa usia nya?” tanya suster lagi sambil mengisi beberapa angket yang dipegangnya.
Kira- kira dia seumuran chaerin eonnie pikir jia, “ah dia 19 tahun” jawab jia sambil tersenyum.
“baik, sekarang mohon melunasi administrasi di kasir depan aghassi, annyeong” suruh suster tadi sopan, ia mengangguk dan berjalan menuju ke kasir.
Petugas administrasi menyebutkan nominal yang cukup besar pada jia,” ah mianhae, tapi aku hanya membawa uang setengahya, bisakah aku membayar setengah dulu, dan aku akan pulang mengambil sisanya, ahh tenang saja aku tidak akan berbohong, aku akan meninggalkan kartu kesiswaanku dan handphone disini. Aku akan kembali” pinta jia dan petugas kasir pun mengangguk setuju, jia tersenyum, ia pun memanggil taksi dan pergi dari rumah sakit itu.
JC corps.
Itulah yang tertulis di depan gedung megah itu, yup kesanalah jia menuju. Sesampainya disana ia membayar tagihan taksi dengan sedikit uang yang masih ia miliki. Jia pun masuk ke dalam perusahaan tersebut, terlihat beberapa pegawai menunduk hormat pada jia, jia membalas dengan tersenyum.
“aku ingin bertemu CEO” ucap jia pada receptionis di lobi.
Receptionist tersebut menunduk hormat pada jia lalu ia terlihat menelfon seseorang yang sepertinya adalah CEO yang dimaksud jia, setelah beberapa saat, jia pun dipersilakan menuju ke ruangan CEO.
Jia mengetuk pintu yang bertuliskan CEO Lee Hyo Ri itu beberapa kali, dan seseorang dari dalam menyuruhnya masuk.
“annyeonghaseyo hyori ahjuma” ucap jia sambil membungkuk. Seorang yang dipanggil hyori tadi pun menyadari kehadiran jia dan langsung menyambutnya.
“astaga chagi.. apa yang terjadi denganmu? Lenganmu terluka” terlihat raut wajah penuh kecemasan dari hyori.
“gwenchana ahjuma. Aku… aku ingin berbicara sesuatu dengan mu” balas jia sedikit canggung.
“apa sayang? Katakan saja” ucap hyori membawa jia duduk.
“a… aku tidak sengaja menabrak seseorang” kata jia takut, ia pucat sekarang, ia hanya berani menundukkan wajahnya.
“mwo?!!!! Are you crazy?!!!” teriak seseorang yang tiba-tiba masuk ke ruangan hyori, dialah Chaerin, kakak jia.. ahh sebenarnya hanya kakak sepupu.
Jia semakin tidak berani menatap hyori ataupun chaerin, hyori pun menenangkan chaerin dan menyuruhnya duduk.
“chaerin-ah jangan terlalu keras pada jia, kau membuatnya takut” ucap hyori sambil mengelus bahu jia yang duduk disampingnya.
“tapi eomma….” Ucap chaerin manja. Namun hyori menyela.
“sudah chaerin-ya.. sekarang jia.. ceritakan yang sebenarnya terjadi pada kami” ucap hyori lembut. Membuat chaerin semakin kesal, ia hanya menyilangkan kedua tangannya didepan dada sambil menatap jia tajam.
Jia pun menceritakan semuanya pada hyori dan chaerin, termasuk seorang namja yang sekarang sedang sekarat di ruang UGD dan membutuhkan biaya untuk dioperasi.
“jadi ahjumma.. aku kesini ingin meminta uang untuk membayar biaya operasi tersebut” ucap jia takut dan tetap menunduk.
“mwo!! Bisa-bisanya kau mengatakan hal demikian pada CEO? Dasar kau ini, baru saja mendapat surat ijin mengemudi langsung membuat masalah! Kau yang menabraknya, kau juga yang harus bertanggung jawab jia!” teriak chaerin merasa tak terima dengan permintaan jia.
“chaerin-ah diam dulu!” seru hyori agak keras membuat chaerin terdiam dan jia semakin takut.
“baiklah jia, aku akan memberikanmu uang untuk operasi dan perawatannya hingga selesai” ucap hyori, dan kembali mendapat kecaman dari chaerin.
“yakk eomma! Mana bisa begitu?”
“chaerin, dengarkan eomma, eomma hanya tidak ingin masalah ini terdengar hingga ke dunia luar, bagaimana nasib nama baik perusahaan kita nanti jika sampai masalah ini tersebar?” lanjut hyori. Kali ini chaerin tidak membantah.
“gamsahamnida ahjummanim” ucap jia sambil membungkuk pada ahjumma nya itu.
Setelah jia mendapatkan uang itu, jia kembali ke rumah sakit dan membayar kekurangan biaya operasi namja tadi. Akhirnya namja itu pun dioperasi. Lalu  namja itu pun di pindahkan ke ruang rawat khusus, jia belum diperbolehkan masuk sehingga sampai hari berganti malam ia terus menunggui namja itu di luar.
Jia duduk di kursi tunggu di depan kamar rawat. Ia merasa bosan hingga ia memutuskan untuk mengintip namja itu dari jendela. Jia dapat melihat bagaimana kepala namja itu diperban, dan namja itu masih dipasangi beberapa alat bantu pernapasan.
Tiba-tiba seorang namja berlari menghampiri jia. Jia menoleh kearah namja yang kini masih terengah-engah di samping jia.
“jia-yya.. apa kau baik-baik saja? Kau sakit dibagian mana? Kau terluka?” tanya namja itu bertubi-tubi. Jia hanya tersenyum, “gwenchana hyunseung-ah, aku baik-baik saja. Darimana kau tau aku disini?” jia balik bertanya setelah menjawab pertanyaan namja yang dipanggil hyunseung itu.
“appa ku! Dia menangani kasus kecelakaan tadi siang di namdaemun street, dia bilang kau juga jadi korban disana, makannya aku langsung mencari mu disini, aku takut terjadi sesuatu yang buruk padamu” balasnya. Jia tersenyum.
“tapi syukurlah jia-ku tidak apa-apa” lanjut nya lagi sambil mengacak poni jia, membuat sang empunya sedikit mengerucutkan bibirnya yang membuatnya terlihat lucu.
Malam itu hyunseung mengantarkan jia pulang ke apartemen nya, yahh walaupun ahjumma jia adalah seorang CEO di sebuah perusahaan ternama, namun jia sendiri yang memutuskan untuk tidak tinggal lagi bersama keluarga mereka sejak beberapa tahun belakangan, bukan karena rumah hyori tidak muat menampung jia, tapi karena jia berfikir bahwa ia harus bisa hidup mandiri.
“gomawo hyunseung-ah” ucap jia berterimakasih.
“ne cheonmayo.. cepat masuk dan tidur yang nyenyak jia-ku. Muah” balas hyunseung dari dalam mercedes bens sls silver nya disertai kiss bye yang membuat jia hanya tersenyum. Begitulah mereka berdua, walaupun bukan sepasang kekasih tapi mereka sering melakukan hal-hal romantis. Hyunseung pun sering memanggil jia dengan sebutan jia-kuseakan jia hanya miliknya, namun jia tak pernah keberatan, karena mereka memang sudah lama bersahabat, tepatnya saat hyunseung menjadi guru kelas vokal di sekolah jia. Saat itu jia tidak tau jika Lee min ho, ahjusshi nya atau lebih tepatnya ayah chaerin memasukkan nya ke kelas vokal. Jia hanya menurut, sejak saat itulah jia menjadi siswa yang dekat dengan guru nya yang usianya hanya terpaut 3 tahun darinya itu, hyunseung.
Skipp>>
Pagi itu jia kembali kerumah sakit, tentu saja untuk melihat keadaan namja yang ditabraknya kemarin. Jia merasa bahwa dia harus bertanggung jawab seperti yang dikatakan chaerin padanya, jadi untuk beberapa hari kedepan mungkin jia akan ijin tidak masuk sekolah hanya untuk menunggui namja itu.
Jia sudah diperbolehkan masuk ke ruang rawat namja itu, walaupun namja itu belum juga sadar. Jia setia menemaninya hingga hari sudah mulai beranjak siang.
Jia duduk di kursi disamping ranjang namja itu. Untuk mengalihkan rasa jenuhnya ia pun membaca beberapa komik, sampai terdengar suara seseorang masuk ke dalam ruangan itu. Jia menyadari kehadiran orang itu, dia menoleh dan mendapati seorang pria berseragam polisi. Jia berdiri dan membungkuk kepada pria tersebut.
“annyeonghaseyo ahjusshi” ucap jia dan tersenyum.
Pria itu membalas senyum jia dan menepuk bahu gadis itu, “jia-ah aku senang melihatmu baik-baik saja” ucapnya. Sepertinya jia dan pria tua ini sudah lama mengenal. Tentu saja jia kenal, ahjusshi itu adalah ayah hyunseung, dia memang seorang polisi, dan dia yang menyelidiki kasus tabrakan jia.
“ne doojoon ahjusshi aku tidak apa-apa” kata jia lagi menegaskan.
Doojoon belum memudarkan senyumnya hingga ia melihat ke arah namja yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan selang oksigen yang masih terpasang di hidung mancung namja itu.
“dia?” tanya doojoon
Jia mengerti apa yang dimaksud doojoon, ia pun menjawab ,” nae oppa” ucap jia dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
Doojoon hanya memasang ekspresi ber’o’ ria. “tapi.. aku tidak tau kalau kau mempunyai kakak laki-laki? Hyunseung tidak pernah menceritakannya padaku” tanya doojoon.
Jia sedikit kikuk tapi dia mampu mengendalikan dirinya dan terus berbohong, “ah itu.. mungkin karena ahjusshi baru melihatnya” ucapnya. Dahi doojoon tampak berkerut, lalu jia menambahkan, “ia baru pulang dari luar negri” disertai senyum yang dibuat semanis mungkin untuk menutupi kebohongannya.
Doojoon mengangguk, “ya aku mengerti…. Tenang saja jia-ya.. aku akan segera menuntaskan kasus ini. kau jangan khawatir, aku akan menangkap orang yang membuat mu bersedih seperti ini” ucap doojoon, jia hanya diam lalu doojoon meninggalkan jia bersama namja yang masih belum juga sadar itu.
“apa yang dipikirkan olehnya? dasar orang tua” gumam jia.
Hari demi hari jia lalui dengan terus menjaga namja itu di rumah sakit, bahkan kini sudah hari ke-lima jia terus datang menjenguknya dan menghabiskan waktunya seharian disana. Terkadang hyunseung juga menemaninya, mengantarkan catatan atau menjelaskan materi yang diajarkan disekolah selama jia tidak masuk.
“aku pikir kau akan menyukai ini, aku akan memainkan harmonika. Tapi aku sudah lama tidak memainkannya, aku harap aku masih bisa melakukannya” ucap jia pada seonggok manusia tak bergerak didepannya dengan tersenyum.
Jia memainkan benda kecil itu dengan perlahan, hingga lagu yang dimainkan jia hampir selesai, tangan namja itu bergerak-gerak. Jia sadar akan hal itu dan segera memanggil dokter. Dokter datang, kini namja itu pun sudah benar-benar tersadar dari tidur panjangnya.
Namja itu membuka matanya, ia hanya diam menatap jia, dokter, dan suster bergantian. Dokter mencoba memberikan beberapa pertanyaan, tapi namja itu tak merespon sama sekali, dokter khawatir jika namja itu tuli, lalu dokter memeriksa telinganya dan juga dokter memeriksa pita suaranya. Semuanya normal tidak ada masalah, dan dokterpun menyimpulkan, namja itu… lee yong jun itu… amnesia!
Dokter tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya memberi saran agar jia menabahkan hatinya, dan itu membuat jia semakin bingung apa yang harus ia lakukan dengan namja yang tak ingat apa-apa ini ditambah lagi dengan jia tidak menemukan kartu identitasnya dalam dompet namja itu. Bahkan dokter mengatakan namja ini melupakan abjad, ejaan, kata, kalimat, dan semacamnya yang bisa ia gunakan untuk berkomunikasi.
Jia mengajak yongjun berjalan-jalan ke taman di rumah sakit itu, jia pikir akan baik saat namja ini mendapat sedikit sinar matahari setelah berhari-hari terbaring di ranjang.
Jia mendorong kursi roda yongjun dengan perlahan, sedangkan yongjun hanya memasang ekspresi datar, kini alat-alat bantu pernapasan nya pun sudah dilepas. Jia berhenti di sebuah kursi dan duduk disana, ia membuat kursi roda yongjun berhadapan dengannya.
“kau benar tidak mengingat apapun?” tanya jia ragu.
Namja itu hanya mengerjapkan matanya berkali-kali, ia mencoba membuka mulutnya. Jia berharap namja itu akan mengeluarkan sebuah kata-kata, namun sayang jia tidak mendapatkan itu. Namja itu menggelengkan kepalanya seakan frustasi bahwa ia tak bisa berkata apapun.
Jia menghela napasnya berat, tapi ia tetap mencoba tersenyum. Hari semakin sore, matahari hampir terbenam, jia mengajak yongjun kembali ke kamarnya. Jia menyuapi makan malamnya. Tak lama setelah makan, yongjun pun tertidur.
Jia keluar dari kamar yongjun perlahan, dan mencoba menelfon seseorang.
“yeoboseyo…” ucap jia pelan
“ne. apa yang kau inginkan?” jia tau itu suara chaerin
“eonnie, aku ingin berbicara dengan ahjumaa” pinta jia lembut
“eomma sedang meeting, sebenarnya kau mau apa? Cepat katakan! Kau ingin minta uang lagi huh?!” tanya chaerin agak sengit
“ahh anieyo.. aku ingin mengatakan kalau… kalau orang yang aku tabrak beberapa hari lalu itu amnesia” ucap jia sambil menggigit bibir bawahnya, ia tau chaerin akan marah
“mwoya?? Kau.. ah kau ini merepotkan sekali sih!” bentak chaerin dari seberang sana, jia hanya diam
“aku tidak mau tau! Ini adalah pelajaran bagimu! Kau harus mengurusnya dan mengembalikannya pada keluarga nya! Jangan sampai eomma mengetahui ini atau dia akan sangat marah, kau mengerti!” lanjut chaerin kasar. Lalu sambungan telefon pun terputus, chaerin yang memutuskan nya
Jia kini terlihat frustasi, ia hanya dapat menggenggam handphone nya kuat untuk meredam rasa takut. Ia tak menyangka bahwa perbuatannya akan sejauh ini.
“lee ji ah!” teriak seseorang membuat jia menoleh ke sumber suara, betapa terkejutnya ia melihat doojoon ahjusshi berjalan cepat kearahnya membawa sebuah.. apa? Borgol?
Jia kini mulai takut, doojoon ahjusshi sudah berada di depan nya kini.
“jia-ya.. kenapa kau tidak mengaku saja dari kemarin kalau kau lah pelaku semua ini!” bentak doojoon ahjusshi.
Jia yang kebingungan pun menjawab sekenanya, “bagaimana aku mengaku kalau aku yang telah menabrak kakak ku sendiri dan membuatnya amnesia ahjusshi!” teriak jia cukup keras.
Doojoon tercengang, “dia.. amnesia?” tanyanya tak percaya. Jia mengangguk, keluarlah beberapa bulir bening dari mata gadis itu. Doojoon merasa tidak enak pada jia tapi bagaimana pun jia lah pelaku dalam kasus ini.
“ahjusshi..hiks apa kau tega?” tanya jia sambil terisak. “kau tau aku tidak punya orang tua, sekarang kakak ku amnesia, bahkan bicara pun dia tak bisa, jika kau menahanku, siapa yang akan menjaganya? Siapa yang akan mengembalikan ingatannya? Hiks.. hiks” jia semakin terisak. Doojoon melunak, ia kini menyimpan borgolnya dan merengkuh gadis itu kedalam pelukannya. “mianhae jia-yya.. aku tau bagaimana perasaanmu sekarang, kau benar jika aku menahanmu siapa yang akan mengurus anak itu.. maafkan ahjusshi ne” ucap doojoon di sela-sela pelukannya dengan gadis kecil yang dianggapnya sebagai anak ini. sedangkan jia?
 Haha tenang saja, anak itu tidak benar-benar menangis. Dia hanya berakting agar tidak masuk penjara. Anak itu bahkan lebih kuat daripada tampilan luarnya. Karena jika sampai dia dipenjara maka akan tamatlah riwayatnya, dia akan habis di tangan chaerin tentu saja.
Skip>>
Dua hari setelah yongjun sadar. Jia membawanya pulang ke apartemen. Jia menuntun namja itu duduk di sofa. Dan iapun menyiapkan sebuah kamar disamping kamarnya yang akan menjadi kamar yongjun mulai saat ini. jia meninggalkan yongjun sendirian menonton tv.
Setelah semuanya beres ia kembali pada yongjun. Gadis itu duduk disamping yongjun. “mulai sekarang, aku akan memanggilmu yongjun.. lee yongjun.. dan kau harus memanggilku jia yang cantik.. arraseo?” ucap jia pada namja yang hanya memandangi nya itu. Sadar bahwa ia tidak mendapat respon, jia pun mengulangi perkataannya. “aku.. lee ji ah” sambil menunjuk dirinya sendiri.
“dan kau… lee yong jun..” menunjuk dada namja itu. Namun siapa sangka namja itu justru menunduk melihat dada nya dengan tak berdosa. Jia menepuk jidatnya.. “uhh lupakan saja” ucap yeoja itu malas.
“hah sudah sore… aku mau mandi. Jangan pergi kemana-mana, aku akan kembali” ucap gadis itu seraya masuk ke kamar mandi. Beberapa menit gadis itu membersihkan dirinya. Ia berniat kembali pada yongjun namun ia tak menemukan namja itu di depan tv. Jia mencari yongjun ke segala penjuru apartemen yang hanya terdiri dari 2 kamar, 1 kamar mandi, satu ruang tv sekaligus ruang tamu dan 1 dapur itu. Dan alangkah terkejutnya gadis itu mendapati yongjun tengah duduk di lantai dapur dengan pisang+kulitnya berada di mulut namja itu. “yongjun-ah!” teriak gadis itu membuat yongjun menoleh kearahnya. Dan jangan tanya bagaimana keadaan dapur apartemen itu saat ini. Mungkin kapal pecah pun masih lebih baik dibanding dapur itu sekarang.
Jia hanya menatap pemandangan itu tak percaya. Segera ia tersadar dan membawa yongjun kembali ke depan tv. Setelah duduk di sofa, gadis itu melepaskan pisang yang masih berada di mulut namja itu dan meletakkan di meja. Jia mengambil tissue dan mengelap sekitar bibir namja itu dengan perlahan dan hati-hati. Yongjun hanya diam memandang gadis itu.
Jia membayar seorang pekerja namja apartemen untuk memandikan yongjun sementara ia sibuk membersihkan dapur kotor nya. Cukup lama jia melakukan pekerjaan nya, sampai pekerja yang ia bayar pun pergi dari kamar apartemen jia karena pekerjaannya sudah selesai.
Setelah semuanya beres, jia melangkahkan kakinya kembali ke sofa dimana sekarang yongjun duduk. Namja itu sudah rapi dengan piyama yang sudah jia beli sebelumnya.
Jia sedikit merebahkan tubuhnya pada senderan sofayang ia duduk i. dia sadar yongjun terus memandanginya. Jia membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. “kau lapar?” tanya jia pada namja itu. Jia tak berharap mendapat jawaban dari yongjun, dan langsung saja ia membuatkan makanan untuk namja itu, semangkuk stuff macaroni.
Jia menyuapi namja itu dengan sabar. Dan sesekali mengusap kepala namja itu sambil tersenyum yahh walaupun perban di kepala namja itu belum dilepas. Hari semakin malam, jia menarik yongjun menuju kamarnya, setelah namja itu merebahkan tubuhnya jia menutup tubuh jangkung namja itu dengan selimut. Jia duduk ditepi ranjang kamar itu sampai yongjun tertidur setelah meminum obat nya. Barulah setelah namja itu terlelap, jia pergi ke kamarnya dan tidur.
Skipp>>
Hari sudah pagi namun jia belum berubah dari posisi tidurnya, tapi sebuah suara aneh membuatnya terbangun seketika. Duakk pranggh, kraakkk (?)
Jia segera keluar dari kamarnya dan mendapati apartemennya sudah tak berbentuk lagi. Siapa yang melakukan ini batinnya. Ia lupa bahwa seseorang saat ini tinggal bersamanya. Yongjun !
“yongjun-ah!” teriak jia membuat yongjun yang sedang berdiri diatas meja dengan panci di tangannya langsung terdiam.
Jia menarik namja itu turun, tiba-tiba seseorang membuka pintu apartemen jia, hyunseung. Bagaimana ia bisa masuk? Dia sudah biasa masuk ke apartemen ini, karena dia tau password pintu kamar jia.
Hyunseung hanya menganga menyaksikan keadaan apartemen jia yang mengenaskan itu.
“hyunseung-ah..” ucap jia membuyarkan keterkejutan namja itu.
“jia-yya.. apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa…. Berantakan sekali?” namja itu balik bertanya.
Kini jia dan hyunseung hanya berdiri memandangi yongjun yang duduk di sofa. Hyunseung memulai pembicaraan.
“kau yakin dia…ehemm oppamu?” tanya hyunseung ragu.
Jia mengangguk, “habis bagaimana lagi? Dia tidak ingat apapun hyunseung-ya” ucap jia dengan menunjukkan raut wajah sedih.
Hyunseung menghela napas, “aku yakin dia akan sembuh” hyunseung sedikit menyemangati jia.
“dia harus sembuh” balas jia dengan tatapan tak beralih dari yongjun.
Jia dibantu hyunseung membersihkan apartemen nya. Setelah semuanya beres, jia dan hyunseung duduk di sofa, sedangkan yongjun juga duduk diantara mereka. “kau tidak bisa terus-terusan membolos sekolah jia-yya” ucap hyunseung.
“aku tau.. tapi kalau aku pergi ke sekolah, siapa yang bisa menjamin yongjun-oppa akan baik-baik saja?” balas gadis itu.
Hyunseung mengerti, “kompetisi itu sudah dekat jia, kau harus berlatih” ucap hyunseung lagi. Jia menunduk, “jika memang aku tidak bisa melakukannya, aku akan mundur”. Hyunseung membulatkan matanya lebar.
“kau gila! Selama 3 tahun kau terus berlatih vokal agar bisa menjadi mengikuti Asian Voice Competition, sekarang kesempatan itu ada di depan matamu jia-ya. Apa kau akan menunggu 3 tahun lagi ha?” ucap hyunseung bersungut-sungut.
“aku… aku tidak tau. Aku pusing hyunseung-ah.. “ balas jia bangkit dari duduknya dan menuju kamar.
Skipp>>
“mulai hari ini aku akan mengajarimu menulis, kau pegang ini. siapkan kertasnya” ucap jia menyerahkan sebuah pensil dan buku kepada yongjun. Jia mengajari yongjun cara memegang pensil yang benar, menulis huruf hangul di kertasnya. Juga ia mengajarkan mengucapkan kata-kata dengan memperagakan artinya.
Tidak hanya itu, jia mengajarkan bagaimana mandi, menyikat gigi, menyisir rambut. Yongjun sangat memperhatikan setiap yang jia ajarkan, walaupun ia masih sering melakukan kesalahan dalam praktiknya.
Jia juga mengajarkan bagaimana makan yang benar, memegang sumpit, meniup makanan yang masih panas. Merapikan tempat tidur, melipat selimut, menyalakan penghangat ruangan dan masih banyak lagi.  Seharian penuh jia habiskan untuk mengajari yongjun dasar-dasar hidup yang benar.
“kau belajar dengan cepat yongjun-ah” jia tersenyum sambil mengelus kepala yongjun. Yongjun tersenyum. Sepertinya yongjun sudah mulai mengerti setiap kata-kata yang diucapkan jia.
Skipp>>
“yongjun-ah cepat mandinya !” teriak jia sambil menyiapkan makanan di dapur. Jia tidak mendapat tanggapan, ia lalu menuju ke kamar mandi. Pintu nya tidak dikunci, apa yongjun sudah dikamar?Pikir jia dalam hati mendapati pintu kamar mandi tidak tertutup sempurna dan juga tidak ada suara germercik air di dalam. Jia pun mengecek kamar yongjun, tapi ia tak menemukan namja itu disana. Jia kembali ke kamar mandi, ia membuka pintu dengan menutup sebagian mata nya dengan telapak tangan takut-takut akan melihat pemandangan ***** (sensor)
“yongjun-ah” panggil jia mulai melangkah masuk ke kamar mandi. Betapa terkejutnya ia mendapati yongjun yang tertidur di lantai kamar mandi. “yongjun-ah!” jia sedikit berteriak membuat yongjun terbangun.
Jia merasa kesal, karena sejak hampir 1 jam yang lalu yongjun masuk ke kamar mandi dan sekarang jia hanya mendapati yongjun yang justru tertidur disana.
Kini jia sedang mengancingkan kemeja yongjun setelah memaksa namja itu mandi. “chaa selesai.. kajja kita makan” seru jia menuju ke meja makan. Jia dan yongjun sudah siap memegang sumpit masing-masing. Jia makan dengan lahap, sedangkan yongjun yang masih mengalami sedikit kesulitan menggunakan sumpit itu hanya makan pelan-pelan. Jia menghabiskan makanannya dengan cepat. Ia memandang yongjun yang masih sibuk memasukkan makanan ke mulutnya. Gadis itu menopang dagunya dengan tangan dan tersenyum pada yongjun.
Setelah acara sarapan selesai. Jia mengajak yongjun keluar apartemen menuju ke rumah sakit untuk melepas perban yongjun. Selesai dari rumah sakit, jia mengajak yongjun jalan-jalan sebentar. Jia menggandeng lengan namja itu, beberapa orang memandang dengan tatapan yang sulit diterjemahkan ke arah mereka. Namun jia tak terlalu memperdulikan walau sebenarnya ia menyadari hal tersebut. Saat sedang lewat di depan toko alat musik, tiba-tiba yongjun berhenti membuat jia ikut berhenti. Yongjun terus memandangi sebuah poster gitarist terkenal memegang gitarnya dengan gagah yang dipajang di etalase toko tersebut. Tentu saja poster itu untuk mempromosikan gitar yang sama yang dijual oleh toko itu. Terlihat dari sebuah gitar hitam diletakkan di sebelah poster itu.
Skipp >>
Hari- hari dilalui jia dengan hidup bersama namja yang tidak ia ketahui asal-usulnya itu. Setiap hari jia mengajari yongjun hal-hal baru, dan semakin hari yongjun juga mulai melakukan hal yang diajarkan jia dengan benar. Satu hal yang membuat jia harus terus bersabar adalah hingga hari ini yongjun belum mengucapkan sepatah kata pun padanya. Jia selalu menguatkan hatinya dengan berkata tak apa mungkin masih terlalu sulit baginya.
“kau sudah banyak mengalami kemajuan dalam menulis yongjun-ah” ucap jia dengan senyum yang merekah di wajah cantiknya sambil mengambil posisi duduk di dekat yongjun. Yongjun juga ikut tersenyum, namun tiba-tiba namja itu merasakan pusing di kepalanya, ia mengerang kesakitan sambil terus memegang kepalanya, bahkan sesekali menjambak rambutnya. Jia khawatir dengan hal itu, segera ia menghentikan yongjun. Kini wajah yongjun merah padam. Jia semakin takut terjadi sesuatu pada yongjun. Ia memegang tangan yongjun, mencegahnya menjambak dan memukul kepalanya sendiri.
Yongjun terus mengerang hingga kesadaran nya pun menghilang. Ia pingsan, jia sigap menangkap tubuh yongjun dan kini menimpa dirinya. “yongjun-ah… irreona!” seru jia mengguncang-guncangkan tubuh yongjun. Tak ada tanggapan, jia pun berusaha memapah tubuh yongjun yang lebih besar dari tubuhnya itu ke kamar. Jia menidurkan yongjun di ranjang dan segera menelfon dokter. Dokter datang dan memeriksa keadaan yongjun.
“gwenchana nona.. kakak anda hanya menunjukkan gejala mulai mengingat sesuatu atau memahami sesuatu. Ini wajar, dia baik-baik saja” ucap dokter menenangkan jia.
Jia mengucapkan terimakasih dan mengantar dokter sampai di depan pintu. Ia kembali ke kamar yongjun, menyelimuti namja itu dan menyibakkan sedikit rambut bagian depannya.
“omona.. kau demam yongjun-ah” jia bermonolog begitu memegang dahi yongjun. Dengan segera ia mengambil kain dan air hangat untuk mengompres yongjun. Jia dengan sabar menjaga yongjun. Sesekali ia mengganti kompres nya. Ia mengambil kursi dan duduk disamping ranjang yongjun.
Semalaman jia menjaga yongjun. Kini ia justru tertidur saat matahari sudah menampakkan cahayanya. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya. “yongjun-ah” ucap jia baru tersadar dari mimpinya. Ia begitu tersentak begitu menyadari kini ia lah yang tidur di ranjang yongjun. Dan namja itu? Dia sudah tidak ada di kamarnya. jia segera bangun dan mencari yongjun. Ia mencari di segala penjuru apartemen nya yang tidak terlalu besar itu dan mendapati yongjun keluar dari kamar mandi dengan handuk yang digunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
“yongjun-ah.. kau kan masih sakit, kenapa mandi pagi-pagi begini?” ucap jia cemas seraya memegang kedua pipi namja itu dengan telapak tangannya. Yongjun hanya tersenyum.
“jia” jia merasa seseorang mengucapkan nama nya, tapi siapa? Benarkah namja di hadapannya itu yang berucap demikian? Ia sudah bisa bicara.. apa jia tidak salah dengar? Jia menatap namja itu dengan tatapan tak percaya.
“jia cantik” ucap namja itu lagi dengan suara beratnya membuat jia semakin tak percaya.
“yongjun-ah… kau…”
Jia sangat bahagia karena kini yongjun mulai berbicara padanya. Ternyata tidak sia-sia apa yang dia lakukan selama ini. walaupun hanya itu kalimat yang bisa diucapkan yongjun.
Skipp>>
“kau ingin mengajakku kemana yongjun-ah?” tanya jia saat yongjun terus menarik tangannya menuju ke suatu tempat di tengah kota.
Yongjun berhenti di depan toko alat musik yang pernah dilewatinya dengan jia beberapa waktu lalu. Yongjun menarik jia masuk ke toko tersebut.
“kau ingin itu?” tanya jia menyadari yongjun terus saja memperhatikan sebuah gitar.”hah… baiklah”
Jia pun membeli gitar itu untuk yongjun. Yongjun tampak berseri-seri karena mendapatkan apa yang ia inginkan.
Sesampainya di apartemen yongjun mengeluarkan gitar tadi dari tempatnya. Yongjun mempraktekkan bagaimana cara memegang gitar itu seakan ia adalah gitaris handal. Yongjun yang tidak tau cara memainkan benda itu pun menatap jia dengan tatapan memohon.
“a.. ak.. aku tidak bisa bermain gitar, akan aku panggilkan guru les untukmu” ucap jia dengan sedikit gugup.
~~
Beberapa hari yongjun belajar bermain gitar dengan guru les nya, Jung Yonghwa. Ia tampak sangat bersemangat, bahkan ia juga belajar dengan cepat.
“mungkin 1 atau 2 kali lagi pertemuan, dia sudah mahir” ucap yonghwa.
“ne.. gamsahamnida” balas jia mengantarkan yonghwa sampai di depan pintu.
Jia berbalik ke ruang tengah, yongjun masih terus saja memainkan gitarnya, ya memang benar, yongjun sudah mulai mahir memainkan benda ber-senar itu.
Yongjun menyodorkan gitar itu pada jia yang sedari tadi memandanginya, yongjun berpikir bahwa jia juga ingin memainkan benda itu. Namun jia menolak.
“yongjun-ah, mulai besok aku harus pergi ke sekolah. Kau tidak apa kan kalau aku tinggal sendiri dirumah? Aku bisa tidak lulus kalau terus-terusan tidak sekolah” ucap jia pelan.
Yongjun hanya mengangguk.

TBC Pemirsah

0 komentar:

Posting Komentar