Main cast :
Park chanyeol as park chanyeol and
Lee yongjun
2. Lee ji ah
Other cast :
1. Lee chaerin
2. Jang hyunseung
3. And other. Find it yourself
Genre : dangdut koplo (?)
Warning : typo merajalela
Inspiration
by : song joong ki’s film “a werewolf boy”
My suporter
: Gaho Kwon *olweis
Tabidiot~~
Siang itu
disebuah toko bunga, seorang namja tampan bertubuh tinggi semampai sedang
memilih-milih bunga yang akan ia berikan untuk yeojachingu nya.
“ahjuma aku
mau mawar merah ini satu buket, tolong tuliskan untuk yeoja ini” ucap namja itu
seraya menyerahkan sebuah kertas bertuliskan nama seorang yeoja yang mungkin
sangat dicintai nya.
“arraseo
tuan”
Namja itupun
mendapatkan apa yang ia kehendaki, sebuah buket bunga mawar merah yang cantik
menggambarkan sosok seorang yeoja yang akan mendapatkan bunga itu.
Di sisi lain~
Seseorang mengenakan sepatu boot hitam, celana jeans
dan jaket kulit serta memakai helm racing,
ditambah dengan slayer hitam bergambar tengkorak yang dipakai menutupi setengah
wajahnya membuat orang itu hanya terlihat bagian matanya saja mengendarai motor
besar berwarna putih bermerk kawasaki
ninja 250 cc dengan kecepatan diatas rata-rata.
Setelah ia
melewati tikungan, tiba-tiba seorang namja membawa sebuket bunga menyeberang
jalan begitu saja tanpa menoleh kanan-kiri tetapi justru memfokuskan
pandangannya pada sebuket bunga yang dibawanya sambil tersenyum sendiri.
Membuat si pengendara motor terkejut, namun naas belum sempat ia mengerem,
namja penyeberang jalan yang tadi sedang tepat di tengah jalan tertabrak dengan
kerasnya..
Duarrr~~
Ia terpental
beberapa meter. Si pengendara motor pun terjatuh serta terseret motornya
sendiri membuatnya mengerang cukup keras. Siapa sangka bahwa pengendara motor
tersebut adalah seorang yeoja, hal itu terbukti saat ia bangun dengan
tertatih-tatih seraya melepas dan membuang helm nya kasar, dan mencoba berlari
menghampiri namja yang ditabraknya tadi dengan kaki terpincang-pincang, sedangkan
mawar merah yang dibawa namja itu pun pun kini sudah berserakan tak berbentuk
sama seperti motor yeoja itu.
“yakk..
palli ireona!! Ireona!!” teriak gadis itu mencoba menepuk-nepuk pipi namja yang
sudah tak sadarkan diri itu. Orang-orang disekitar situ pun berkerumun, sebagian
merasa iba dan segera menelfon ambulance.
Namja itupun
segera dibawa ke rumah sakit, kepala bagian belakangnya banyak mengeluarkan
darah akibat terbentur aspal. Sedangkan si yeoja juga ikut dalam ambulance
tersebut, namun ia hanya mengalami sedikit luka dibagian siku dan lututnya.
Sesampainya
di rumah sakit, namja itu segera dibawa menuju UGD. Dan dokter pun segera
menangani nya. Si yeoja yang sering dipanggil Jia itu kini juga sedang di obati
luka-lukanya oleh perawat di ruangan berbeda. Selesai pengobatan, jia kembali
menuju UGD berharap namja itu baik-baik saja. Kebetulan saat jia sampai di
depan ruang UGD dokter yang menangani namja itu tadi keluar dari ruangan.
“annyeonghaseyo..
dokter. Bagaimana keadaanya? Ah aku adiknya” tanya jia cemas. Dan segera
menjawab tatapan dokter yang seakan bertanya anda siapa nya?
Dokter yang
sudah terlihat senior itu pun menjawab pertanyaan yang diajukan jia,
“kondisinya cukup buruk, ia kehilangan banyak darah, kami harus segera
melakukan tindakan operasi”
“apapun
itu.. lakukan sekarang dokter!” pinta jia sedikit berseru. Lalu dokter
mengisyaratkan perawat untuk mendata pasien yang jia sebut sebagai kakak nya
itu.
“mianhae,
siapa nama pasien didalam aghassi?” tanya perawat ramah.
“nama nya…
eumm yongjun.. lee yongjun..” jawab jia asal karena sebenarnya ia tak tau nama
namja itu.
“ah baik,
berapa usia nya?” tanya suster lagi sambil mengisi beberapa angket yang
dipegangnya.
Kira- kira dia seumuran chaerin
eonnie pikir jia,
“ah dia 19 tahun” jawab jia sambil tersenyum.
“baik,
sekarang mohon melunasi administrasi di kasir depan aghassi, annyeong” suruh
suster tadi sopan, ia mengangguk dan berjalan menuju ke kasir.
Petugas
administrasi menyebutkan nominal yang cukup besar pada jia,” ah mianhae, tapi
aku hanya membawa uang setengahya, bisakah aku membayar setengah dulu, dan aku
akan pulang mengambil sisanya, ahh tenang saja aku tidak akan berbohong, aku
akan meninggalkan kartu kesiswaanku dan handphone disini. Aku akan kembali”
pinta jia dan petugas kasir pun mengangguk setuju, jia tersenyum, ia pun
memanggil taksi dan pergi dari rumah sakit itu.
JC corps.
Itulah yang
tertulis di depan gedung megah itu, yup kesanalah jia menuju. Sesampainya
disana ia membayar tagihan taksi dengan sedikit uang yang masih ia miliki. Jia
pun masuk ke dalam perusahaan tersebut, terlihat beberapa pegawai menunduk
hormat pada jia, jia membalas dengan tersenyum.
“aku ingin
bertemu CEO” ucap jia pada receptionis di lobi.
Receptionist
tersebut menunduk hormat pada jia lalu ia terlihat menelfon seseorang yang
sepertinya adalah CEO yang dimaksud jia, setelah beberapa saat, jia pun
dipersilakan menuju ke ruangan CEO.
Jia mengetuk
pintu yang bertuliskan CEO Lee Hyo Ri itu
beberapa kali, dan seseorang dari dalam menyuruhnya masuk.
“annyeonghaseyo
hyori ahjuma” ucap jia sambil membungkuk. Seorang yang dipanggil hyori tadi pun
menyadari kehadiran jia dan langsung menyambutnya.
“astaga
chagi.. apa yang terjadi denganmu? Lenganmu terluka” terlihat raut wajah penuh
kecemasan dari hyori.
“gwenchana
ahjuma. Aku… aku ingin berbicara sesuatu dengan mu” balas jia sedikit canggung.
“apa sayang?
Katakan saja” ucap hyori membawa jia duduk.
“a… aku
tidak sengaja menabrak seseorang” kata jia takut, ia pucat sekarang, ia hanya
berani menundukkan wajahnya.
“mwo?!!!!
Are you crazy?!!!” teriak seseorang yang tiba-tiba masuk ke ruangan hyori,
dialah Chaerin, kakak jia.. ahh sebenarnya hanya kakak sepupu.
Jia semakin
tidak berani menatap hyori ataupun chaerin, hyori pun menenangkan chaerin dan
menyuruhnya duduk.
“chaerin-ah
jangan terlalu keras pada jia, kau membuatnya takut” ucap hyori sambil mengelus
bahu jia yang duduk disampingnya.
“tapi
eomma….” Ucap chaerin manja. Namun hyori menyela.
“sudah
chaerin-ya.. sekarang jia.. ceritakan yang sebenarnya terjadi pada kami” ucap
hyori lembut. Membuat chaerin semakin kesal, ia hanya menyilangkan kedua
tangannya didepan dada sambil menatap jia tajam.
Jia pun
menceritakan semuanya pada hyori dan chaerin, termasuk seorang namja yang
sekarang sedang sekarat di ruang UGD dan membutuhkan biaya untuk dioperasi.
“jadi
ahjumma.. aku kesini ingin meminta uang untuk membayar biaya operasi tersebut”
ucap jia takut dan tetap menunduk.
“mwo!!
Bisa-bisanya kau mengatakan hal demikian pada CEO? Dasar kau ini, baru saja
mendapat surat ijin mengemudi langsung membuat masalah! Kau yang menabraknya,
kau juga yang harus bertanggung jawab jia!” teriak chaerin merasa tak terima
dengan permintaan jia.
“chaerin-ah
diam dulu!” seru hyori agak keras membuat chaerin terdiam dan jia semakin
takut.
“baiklah
jia, aku akan memberikanmu uang untuk operasi dan perawatannya hingga selesai”
ucap hyori, dan kembali mendapat kecaman dari chaerin.
“yakk eomma!
Mana bisa begitu?”
“chaerin,
dengarkan eomma, eomma hanya tidak ingin masalah ini terdengar hingga ke dunia
luar, bagaimana nasib nama baik perusahaan kita nanti jika sampai masalah ini
tersebar?” lanjut hyori. Kali ini chaerin tidak membantah.
“gamsahamnida
ahjummanim” ucap jia sambil membungkuk pada ahjumma nya itu.
Setelah jia
mendapatkan uang itu, jia kembali ke rumah sakit dan membayar kekurangan biaya
operasi namja tadi. Akhirnya namja itu pun dioperasi. Lalu namja itu pun di pindahkan ke ruang rawat
khusus, jia belum diperbolehkan masuk sehingga sampai hari berganti malam ia
terus menunggui namja itu di luar.
Jia duduk di
kursi tunggu di depan kamar rawat. Ia merasa bosan hingga ia memutuskan untuk
mengintip namja itu dari jendela. Jia dapat melihat bagaimana kepala namja itu
diperban, dan namja itu masih dipasangi beberapa alat bantu pernapasan.
Tiba-tiba
seorang namja berlari menghampiri jia. Jia menoleh kearah namja yang kini masih
terengah-engah di samping jia.
“jia-yya..
apa kau baik-baik saja? Kau sakit dibagian mana? Kau terluka?” tanya namja itu
bertubi-tubi. Jia hanya tersenyum, “gwenchana hyunseung-ah, aku baik-baik saja.
Darimana kau tau aku disini?” jia balik bertanya setelah menjawab pertanyaan
namja yang dipanggil hyunseung itu.
“appa ku!
Dia menangani kasus kecelakaan tadi siang di namdaemun street, dia bilang kau
juga jadi korban disana, makannya aku langsung mencari mu disini, aku takut
terjadi sesuatu yang buruk padamu” balasnya. Jia tersenyum.
“tapi
syukurlah jia-ku tidak apa-apa” lanjut nya lagi sambil mengacak poni jia, membuat
sang empunya sedikit mengerucutkan bibirnya yang membuatnya terlihat lucu.
Malam itu
hyunseung mengantarkan jia pulang ke apartemen nya, yahh walaupun ahjumma jia
adalah seorang CEO di sebuah perusahaan ternama, namun jia sendiri yang
memutuskan untuk tidak tinggal lagi bersama keluarga mereka sejak beberapa
tahun belakangan, bukan karena rumah hyori tidak muat menampung jia, tapi
karena jia berfikir bahwa ia harus bisa hidup mandiri.
“gomawo
hyunseung-ah” ucap jia berterimakasih.
“ne
cheonmayo.. cepat masuk dan tidur yang nyenyak jia-ku. Muah” balas hyunseung
dari dalam mercedes bens sls silver
nya disertai kiss bye yang membuat jia hanya tersenyum. Begitulah mereka
berdua, walaupun bukan sepasang kekasih tapi mereka sering melakukan hal-hal
romantis. Hyunseung pun sering memanggil jia dengan sebutan jia-kuseakan jia hanya miliknya, namun
jia tak pernah keberatan, karena mereka memang sudah lama bersahabat, tepatnya
saat hyunseung menjadi guru kelas vokal di sekolah jia. Saat itu jia tidak tau
jika Lee min ho, ahjusshi nya atau lebih tepatnya ayah chaerin memasukkan nya
ke kelas vokal. Jia hanya menurut, sejak saat itulah jia menjadi siswa yang
dekat dengan guru nya yang usianya hanya terpaut 3 tahun darinya itu,
hyunseung.
Skipp>>
Pagi itu jia
kembali kerumah sakit, tentu saja untuk melihat keadaan namja yang ditabraknya
kemarin. Jia merasa bahwa dia harus bertanggung jawab seperti yang dikatakan
chaerin padanya, jadi untuk beberapa hari kedepan mungkin jia akan ijin tidak
masuk sekolah hanya untuk menunggui namja itu.
Jia sudah
diperbolehkan masuk ke ruang rawat namja itu, walaupun namja itu belum juga
sadar. Jia setia menemaninya hingga hari sudah mulai beranjak siang.
Jia duduk di
kursi disamping ranjang namja itu. Untuk mengalihkan rasa jenuhnya ia pun
membaca beberapa komik, sampai terdengar suara seseorang masuk ke dalam ruangan
itu. Jia menyadari kehadiran orang itu, dia menoleh dan mendapati seorang pria
berseragam polisi. Jia berdiri dan membungkuk kepada pria tersebut.
“annyeonghaseyo
ahjusshi” ucap jia dan tersenyum.
Pria itu
membalas senyum jia dan menepuk bahu gadis itu, “jia-ah aku senang melihatmu
baik-baik saja” ucapnya. Sepertinya jia dan pria tua ini sudah lama mengenal.
Tentu saja jia kenal, ahjusshi itu adalah ayah hyunseung, dia memang seorang
polisi, dan dia yang menyelidiki kasus tabrakan jia.
“ne doojoon
ahjusshi aku tidak apa-apa” kata jia lagi menegaskan.
Doojoon
belum memudarkan senyumnya hingga ia melihat ke arah namja yang terbaring di
ranjang rumah sakit dengan selang oksigen yang masih terpasang di hidung
mancung namja itu.
“dia?” tanya
doojoon
Jia mengerti
apa yang dimaksud doojoon, ia pun menjawab ,” nae oppa” ucap jia dengan senyum
yang sedikit dipaksakan.
Doojoon
hanya memasang ekspresi ber’o’ ria. “tapi.. aku tidak tau kalau kau mempunyai
kakak laki-laki? Hyunseung tidak pernah menceritakannya padaku” tanya doojoon.
Jia sedikit
kikuk tapi dia mampu mengendalikan dirinya dan terus berbohong, “ah itu..
mungkin karena ahjusshi baru melihatnya” ucapnya. Dahi doojoon tampak berkerut,
lalu jia menambahkan, “ia baru pulang dari luar negri” disertai senyum yang
dibuat semanis mungkin untuk menutupi kebohongannya.
Doojoon
mengangguk, “ya aku mengerti…. Tenang saja jia-ya.. aku akan segera menuntaskan
kasus ini. kau jangan khawatir, aku akan menangkap orang yang membuat mu
bersedih seperti ini” ucap doojoon, jia hanya diam lalu doojoon meninggalkan
jia bersama namja yang masih belum juga sadar itu.
“apa yang
dipikirkan olehnya? dasar orang tua” gumam jia.
Hari demi
hari jia lalui dengan terus menjaga namja itu di rumah sakit, bahkan kini sudah
hari ke-lima jia terus datang menjenguknya dan menghabiskan waktunya seharian
disana. Terkadang hyunseung juga menemaninya, mengantarkan catatan atau
menjelaskan materi yang diajarkan disekolah selama jia tidak masuk.
“aku pikir
kau akan menyukai ini, aku akan memainkan harmonika. Tapi aku sudah lama tidak
memainkannya, aku harap aku masih bisa melakukannya” ucap jia pada seonggok
manusia tak bergerak didepannya dengan tersenyum.
Jia
memainkan benda kecil itu dengan perlahan, hingga lagu yang dimainkan jia
hampir selesai, tangan namja itu bergerak-gerak. Jia sadar akan hal itu dan
segera memanggil dokter. Dokter datang, kini namja itu pun sudah benar-benar
tersadar dari tidur panjangnya.
Namja itu
membuka matanya, ia hanya diam menatap jia, dokter, dan suster bergantian.
Dokter mencoba memberikan beberapa pertanyaan, tapi namja itu tak merespon sama
sekali, dokter khawatir jika namja itu tuli, lalu dokter memeriksa telinganya
dan juga dokter memeriksa pita suaranya. Semuanya normal tidak ada masalah, dan
dokterpun menyimpulkan, namja itu… lee yong jun itu… amnesia!
Dokter tidak
dapat berbuat apa-apa, ia hanya memberi saran agar jia menabahkan hatinya, dan
itu membuat jia semakin bingung apa yang harus ia lakukan dengan namja yang tak
ingat apa-apa ini ditambah lagi dengan jia tidak menemukan kartu identitasnya
dalam dompet namja itu. Bahkan dokter mengatakan namja ini melupakan abjad,
ejaan, kata, kalimat, dan semacamnya yang bisa ia gunakan untuk berkomunikasi.
Jia mengajak
yongjun berjalan-jalan ke taman di rumah sakit itu, jia pikir akan baik saat
namja ini mendapat sedikit sinar matahari setelah berhari-hari terbaring di
ranjang.
Jia
mendorong kursi roda yongjun dengan perlahan, sedangkan yongjun hanya memasang
ekspresi datar, kini alat-alat bantu pernapasan nya pun sudah dilepas. Jia
berhenti di sebuah kursi dan duduk disana, ia membuat kursi roda yongjun
berhadapan dengannya.
“kau benar
tidak mengingat apapun?” tanya jia ragu.
Namja itu
hanya mengerjapkan matanya berkali-kali, ia mencoba membuka mulutnya. Jia
berharap namja itu akan mengeluarkan sebuah kata-kata, namun sayang jia tidak
mendapatkan itu. Namja itu menggelengkan kepalanya seakan frustasi bahwa ia tak
bisa berkata apapun.
Jia menghela
napasnya berat, tapi ia tetap mencoba tersenyum. Hari semakin sore, matahari
hampir terbenam, jia mengajak yongjun kembali ke kamarnya. Jia menyuapi makan
malamnya. Tak lama setelah makan, yongjun pun tertidur.
Jia keluar
dari kamar yongjun perlahan, dan mencoba menelfon seseorang.
“yeoboseyo…”
ucap jia pelan
“ne. apa
yang kau inginkan?” jia tau itu suara chaerin
“eonnie, aku
ingin berbicara dengan ahjumaa” pinta jia lembut
“eomma
sedang meeting, sebenarnya kau mau apa? Cepat katakan! Kau ingin minta uang
lagi huh?!” tanya chaerin agak sengit
“ahh
anieyo.. aku ingin mengatakan kalau… kalau orang yang aku tabrak beberapa hari
lalu itu amnesia” ucap jia sambil menggigit bibir bawahnya, ia tau chaerin akan
marah
“mwoya??
Kau.. ah kau ini merepotkan sekali sih!” bentak chaerin dari seberang sana, jia
hanya diam
“aku tidak
mau tau! Ini adalah pelajaran bagimu! Kau harus mengurusnya dan
mengembalikannya pada keluarga nya! Jangan sampai eomma mengetahui ini atau dia
akan sangat marah, kau mengerti!” lanjut chaerin kasar. Lalu sambungan telefon
pun terputus, chaerin yang memutuskan nya
Jia kini
terlihat frustasi, ia hanya dapat menggenggam handphone nya kuat untuk meredam
rasa takut. Ia tak menyangka bahwa perbuatannya akan sejauh ini.
“lee ji ah!”
teriak seseorang membuat jia menoleh ke sumber suara, betapa terkejutnya ia
melihat doojoon ahjusshi berjalan cepat kearahnya membawa sebuah.. apa? Borgol?
Jia kini
mulai takut, doojoon ahjusshi sudah berada di depan nya kini.
“jia-ya..
kenapa kau tidak mengaku saja dari kemarin kalau kau lah pelaku semua ini!”
bentak doojoon ahjusshi.
Jia yang
kebingungan pun menjawab sekenanya, “bagaimana aku mengaku kalau aku yang telah
menabrak kakak ku sendiri dan membuatnya amnesia ahjusshi!” teriak jia cukup
keras.
Doojoon
tercengang, “dia.. amnesia?” tanyanya tak percaya. Jia mengangguk, keluarlah
beberapa bulir bening dari mata gadis itu. Doojoon merasa tidak enak pada jia
tapi bagaimana pun jia lah pelaku dalam kasus ini.
“ahjusshi..hiks
apa kau tega?” tanya jia sambil terisak. “kau tau aku tidak punya orang tua,
sekarang kakak ku amnesia, bahkan bicara pun dia tak bisa, jika kau menahanku,
siapa yang akan menjaganya? Siapa yang akan mengembalikan ingatannya? Hiks..
hiks” jia semakin terisak. Doojoon melunak, ia kini menyimpan borgolnya dan
merengkuh gadis itu kedalam pelukannya. “mianhae jia-yya.. aku tau bagaimana
perasaanmu sekarang, kau benar jika aku menahanmu siapa yang akan mengurus anak
itu.. maafkan ahjusshi ne” ucap doojoon di sela-sela pelukannya dengan gadis
kecil yang dianggapnya sebagai anak ini. sedangkan jia?
Haha tenang saja, anak itu tidak benar-benar
menangis. Dia hanya berakting agar tidak masuk penjara. Anak itu bahkan lebih
kuat daripada tampilan luarnya. Karena jika sampai dia dipenjara maka akan
tamatlah riwayatnya, dia akan habis di tangan chaerin tentu saja.
Skip>>
Dua hari setelah yongjun sadar. Jia membawanya pulang ke apartemen. Jia menuntun namja itu duduk di sofa. Dan iapun menyiapkan sebuah kamar disamping kamarnya yang akan menjadi kamar yongjun mulai saat ini. jia meninggalkan yongjun sendirian menonton tv.
Dua hari setelah yongjun sadar. Jia membawanya pulang ke apartemen. Jia menuntun namja itu duduk di sofa. Dan iapun menyiapkan sebuah kamar disamping kamarnya yang akan menjadi kamar yongjun mulai saat ini. jia meninggalkan yongjun sendirian menonton tv.
Setelah
semuanya beres ia kembali pada yongjun. Gadis itu duduk disamping yongjun.
“mulai sekarang, aku akan memanggilmu yongjun.. lee yongjun.. dan kau harus
memanggilku jia yang cantik.. arraseo?” ucap jia pada namja yang hanya
memandangi nya itu. Sadar bahwa ia tidak mendapat respon, jia pun mengulangi
perkataannya. “aku.. lee ji ah” sambil menunjuk dirinya sendiri.
“dan kau…
lee yong jun..” menunjuk dada namja itu. Namun siapa sangka namja itu justru
menunduk melihat dada nya dengan tak berdosa. Jia menepuk jidatnya.. “uhh
lupakan saja” ucap yeoja itu malas.
“hah sudah
sore… aku mau mandi. Jangan pergi kemana-mana, aku akan kembali” ucap gadis itu
seraya masuk ke kamar mandi. Beberapa menit gadis itu membersihkan dirinya. Ia
berniat kembali pada yongjun namun ia tak menemukan namja itu di depan tv. Jia
mencari yongjun ke segala penjuru apartemen yang hanya terdiri dari 2 kamar, 1
kamar mandi, satu ruang tv sekaligus ruang tamu dan 1 dapur itu. Dan alangkah
terkejutnya gadis itu mendapati yongjun tengah duduk di lantai dapur dengan
pisang+kulitnya berada di mulut namja itu. “yongjun-ah!” teriak gadis itu
membuat yongjun menoleh kearahnya. Dan jangan tanya bagaimana keadaan dapur
apartemen itu saat ini. Mungkin kapal pecah pun masih lebih baik dibanding
dapur itu sekarang.
Jia hanya
menatap pemandangan itu tak percaya. Segera ia tersadar dan membawa yongjun
kembali ke depan tv. Setelah duduk di sofa, gadis itu melepaskan pisang yang
masih berada di mulut namja itu dan meletakkan di meja. Jia mengambil tissue
dan mengelap sekitar bibir namja itu dengan perlahan dan hati-hati. Yongjun
hanya diam memandang gadis itu.
Jia membayar
seorang pekerja namja apartemen untuk memandikan yongjun sementara ia sibuk
membersihkan dapur kotor nya. Cukup lama jia melakukan pekerjaan nya, sampai
pekerja yang ia bayar pun pergi dari kamar apartemen jia karena pekerjaannya
sudah selesai.
Setelah
semuanya beres, jia melangkahkan kakinya kembali ke sofa dimana sekarang yongjun
duduk. Namja itu sudah rapi dengan piyama yang sudah jia beli sebelumnya.
Jia sedikit
merebahkan tubuhnya pada senderan sofayang ia duduk i. dia sadar yongjun terus
memandanginya. Jia membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. “kau lapar?” tanya
jia pada namja itu. Jia tak berharap mendapat jawaban dari yongjun, dan
langsung saja ia membuatkan makanan untuk namja itu, semangkuk stuff macaroni.
Jia menyuapi
namja itu dengan sabar. Dan sesekali mengusap kepala namja itu sambil tersenyum
yahh walaupun perban di kepala namja itu belum dilepas. Hari semakin malam, jia
menarik yongjun menuju kamarnya, setelah namja itu merebahkan tubuhnya jia
menutup tubuh jangkung namja itu dengan selimut. Jia duduk ditepi ranjang kamar
itu sampai yongjun tertidur setelah meminum obat nya. Barulah setelah namja itu
terlelap, jia pergi ke kamarnya dan tidur.
Skipp>>
Hari sudah
pagi namun jia belum berubah dari posisi tidurnya, tapi sebuah suara aneh
membuatnya terbangun seketika. Duakk pranggh, kraakkk (?)
Jia segera
keluar dari kamarnya dan mendapati apartemennya sudah tak berbentuk lagi. Siapa
yang melakukan ini batinnya. Ia lupa bahwa seseorang saat ini tinggal
bersamanya. Yongjun !
“yongjun-ah!”
teriak jia membuat yongjun yang sedang berdiri diatas meja dengan panci di tangannya
langsung terdiam.
Jia menarik
namja itu turun, tiba-tiba seseorang membuka pintu apartemen jia, hyunseung.
Bagaimana ia bisa masuk? Dia sudah biasa masuk ke apartemen ini, karena dia tau
password pintu kamar jia.
Hyunseung
hanya menganga menyaksikan keadaan apartemen jia yang mengenaskan itu.
“hyunseung-ah..”
ucap jia membuyarkan keterkejutan namja itu.
“jia-yya..
apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa…. Berantakan sekali?” namja itu balik
bertanya.
Kini jia dan
hyunseung hanya berdiri memandangi yongjun yang duduk di sofa. Hyunseung
memulai pembicaraan.
“kau yakin
dia…ehemm oppamu?” tanya hyunseung ragu.
Jia
mengangguk, “habis bagaimana lagi? Dia tidak ingat apapun hyunseung-ya” ucap
jia dengan menunjukkan raut wajah sedih.
Hyunseung
menghela napas, “aku yakin dia akan sembuh” hyunseung sedikit menyemangati jia.
“dia harus
sembuh” balas jia dengan tatapan tak beralih dari yongjun.
Jia dibantu
hyunseung membersihkan apartemen nya. Setelah semuanya beres, jia dan hyunseung
duduk di sofa, sedangkan yongjun juga duduk diantara mereka. “kau tidak bisa
terus-terusan membolos sekolah jia-yya” ucap hyunseung.
“aku tau..
tapi kalau aku pergi ke sekolah, siapa yang bisa menjamin yongjun-oppa akan
baik-baik saja?” balas gadis itu.
Hyunseung
mengerti, “kompetisi itu sudah dekat jia, kau harus berlatih” ucap hyunseung
lagi. Jia menunduk, “jika memang aku tidak bisa melakukannya, aku akan mundur”.
Hyunseung membulatkan matanya lebar.
“kau gila!
Selama 3 tahun kau terus berlatih vokal agar bisa menjadi mengikuti Asian Voice
Competition, sekarang kesempatan itu ada di depan matamu jia-ya. Apa kau akan
menunggu 3 tahun lagi ha?” ucap hyunseung bersungut-sungut.
“aku… aku
tidak tau. Aku pusing hyunseung-ah.. “ balas jia bangkit dari duduknya dan
menuju kamar.
Skipp>>
“mulai hari
ini aku akan mengajarimu menulis, kau pegang ini. siapkan kertasnya” ucap jia
menyerahkan sebuah pensil dan buku kepada yongjun. Jia mengajari yongjun cara
memegang pensil yang benar, menulis huruf hangul di kertasnya. Juga ia
mengajarkan mengucapkan kata-kata dengan memperagakan artinya.
Tidak hanya
itu, jia mengajarkan bagaimana mandi, menyikat gigi, menyisir rambut. Yongjun
sangat memperhatikan setiap yang jia ajarkan, walaupun ia masih sering melakukan
kesalahan dalam praktiknya.
Jia juga
mengajarkan bagaimana makan yang benar, memegang sumpit, meniup makanan yang
masih panas. Merapikan tempat tidur, melipat selimut, menyalakan penghangat
ruangan dan masih banyak lagi. Seharian
penuh jia habiskan untuk mengajari yongjun dasar-dasar hidup yang benar.
“kau belajar
dengan cepat yongjun-ah” jia tersenyum sambil mengelus kepala yongjun. Yongjun
tersenyum. Sepertinya yongjun sudah mulai mengerti setiap kata-kata yang
diucapkan jia.
Skipp>>
“yongjun-ah
cepat mandinya !” teriak jia sambil menyiapkan makanan di dapur. Jia tidak
mendapat tanggapan, ia lalu menuju ke kamar mandi. Pintu nya tidak dikunci, apa yongjun sudah dikamar?Pikir jia dalam
hati mendapati pintu kamar mandi tidak tertutup sempurna dan juga tidak ada
suara germercik air di dalam. Jia pun mengecek kamar yongjun, tapi ia tak
menemukan namja itu disana. Jia kembali ke kamar mandi, ia membuka pintu dengan
menutup sebagian mata nya dengan telapak tangan takut-takut akan melihat pemandangan
***** (sensor)
“yongjun-ah”
panggil jia mulai melangkah masuk ke kamar mandi. Betapa terkejutnya ia
mendapati yongjun yang tertidur di lantai kamar mandi. “yongjun-ah!” jia
sedikit berteriak membuat yongjun terbangun.
Jia merasa
kesal, karena sejak hampir 1 jam yang lalu yongjun masuk ke kamar mandi dan
sekarang jia hanya mendapati yongjun yang justru tertidur disana.
Kini jia
sedang mengancingkan kemeja yongjun setelah memaksa namja itu mandi. “chaa
selesai.. kajja kita makan” seru jia menuju ke meja makan. Jia dan yongjun
sudah siap memegang sumpit masing-masing. Jia makan dengan lahap, sedangkan
yongjun yang masih mengalami sedikit kesulitan menggunakan sumpit itu hanya
makan pelan-pelan. Jia menghabiskan makanannya dengan cepat. Ia memandang yongjun
yang masih sibuk memasukkan makanan ke mulutnya. Gadis itu menopang dagunya
dengan tangan dan tersenyum pada yongjun.
Setelah
acara sarapan selesai. Jia mengajak yongjun keluar apartemen menuju ke rumah
sakit untuk melepas perban yongjun. Selesai dari rumah sakit, jia mengajak
yongjun jalan-jalan sebentar. Jia menggandeng lengan namja itu, beberapa orang
memandang dengan tatapan yang sulit diterjemahkan ke arah mereka. Namun jia tak
terlalu memperdulikan walau sebenarnya ia menyadari hal tersebut. Saat sedang
lewat di depan toko alat musik, tiba-tiba yongjun berhenti membuat jia ikut
berhenti. Yongjun terus memandangi sebuah poster gitarist terkenal memegang
gitarnya dengan gagah yang dipajang di etalase toko tersebut. Tentu saja poster
itu untuk mempromosikan gitar yang sama yang dijual oleh toko itu. Terlihat
dari sebuah gitar hitam diletakkan di sebelah poster itu.
Skipp
>>
Hari- hari
dilalui jia dengan hidup bersama namja yang tidak ia ketahui asal-usulnya itu.
Setiap hari jia mengajari yongjun hal-hal baru, dan semakin hari yongjun juga
mulai melakukan hal yang diajarkan jia dengan benar. Satu hal yang membuat jia
harus terus bersabar adalah hingga hari ini yongjun belum mengucapkan sepatah
kata pun padanya. Jia selalu menguatkan hatinya dengan berkata tak apa mungkin masih terlalu sulit baginya.
“kau sudah
banyak mengalami kemajuan dalam menulis yongjun-ah” ucap jia dengan senyum yang
merekah di wajah cantiknya sambil mengambil posisi duduk di dekat yongjun.
Yongjun juga ikut tersenyum, namun tiba-tiba namja itu merasakan pusing di
kepalanya, ia mengerang kesakitan sambil terus memegang kepalanya, bahkan
sesekali menjambak rambutnya. Jia khawatir dengan hal itu, segera ia
menghentikan yongjun. Kini wajah yongjun merah padam. Jia semakin takut terjadi
sesuatu pada yongjun. Ia memegang tangan yongjun, mencegahnya menjambak dan
memukul kepalanya sendiri.
Yongjun
terus mengerang hingga kesadaran nya pun menghilang. Ia pingsan, jia sigap
menangkap tubuh yongjun dan kini menimpa dirinya. “yongjun-ah… irreona!” seru
jia mengguncang-guncangkan tubuh yongjun. Tak ada tanggapan, jia pun berusaha
memapah tubuh yongjun yang lebih besar dari tubuhnya itu ke kamar. Jia
menidurkan yongjun di ranjang dan segera menelfon dokter. Dokter datang dan
memeriksa keadaan yongjun.
“gwenchana
nona.. kakak anda hanya menunjukkan gejala mulai mengingat sesuatu atau
memahami sesuatu. Ini wajar, dia baik-baik saja” ucap dokter menenangkan jia.
Jia
mengucapkan terimakasih dan mengantar dokter sampai di depan pintu. Ia kembali
ke kamar yongjun, menyelimuti namja itu dan menyibakkan sedikit rambut bagian
depannya.
“omona.. kau
demam yongjun-ah” jia bermonolog begitu memegang dahi yongjun. Dengan segera ia
mengambil kain dan air hangat untuk mengompres yongjun. Jia dengan sabar
menjaga yongjun. Sesekali ia mengganti kompres nya. Ia mengambil kursi dan
duduk disamping ranjang yongjun.
Semalaman
jia menjaga yongjun. Kini ia justru tertidur saat matahari sudah menampakkan
cahayanya. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya. “yongjun-ah” ucap jia baru
tersadar dari mimpinya. Ia begitu tersentak begitu menyadari kini ia lah yang
tidur di ranjang yongjun. Dan namja itu? Dia sudah tidak ada di kamarnya. jia
segera bangun dan mencari yongjun. Ia mencari di segala penjuru apartemen nya
yang tidak terlalu besar itu dan mendapati yongjun keluar dari kamar mandi
dengan handuk yang digunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
“yongjun-ah..
kau kan masih sakit, kenapa mandi pagi-pagi begini?” ucap jia cemas seraya
memegang kedua pipi namja itu dengan telapak tangannya. Yongjun hanya
tersenyum.
“jia” jia
merasa seseorang mengucapkan nama nya, tapi siapa? Benarkah namja di hadapannya
itu yang berucap demikian? Ia sudah bisa bicara.. apa jia tidak salah dengar?
Jia menatap namja itu dengan tatapan tak percaya.
“jia cantik”
ucap namja itu lagi dengan suara beratnya membuat jia semakin tak percaya.
“yongjun-ah…
kau…”
Jia sangat
bahagia karena kini yongjun mulai berbicara padanya. Ternyata tidak sia-sia apa
yang dia lakukan selama ini. walaupun hanya itu kalimat yang bisa diucapkan
yongjun.
Skipp>>
“kau ingin
mengajakku kemana yongjun-ah?” tanya jia saat yongjun terus menarik tangannya
menuju ke suatu tempat di tengah kota.
Yongjun
berhenti di depan toko alat musik yang pernah dilewatinya dengan jia beberapa
waktu lalu. Yongjun menarik jia masuk ke toko tersebut.
“kau ingin
itu?” tanya jia menyadari yongjun terus saja memperhatikan sebuah gitar.”hah…
baiklah”
Jia pun
membeli gitar itu untuk yongjun. Yongjun tampak berseri-seri karena mendapatkan
apa yang ia inginkan.
Sesampainya
di apartemen yongjun mengeluarkan gitar tadi dari tempatnya. Yongjun
mempraktekkan bagaimana cara memegang gitar itu seakan ia adalah gitaris
handal. Yongjun yang tidak tau cara memainkan benda itu pun menatap jia dengan
tatapan memohon.
“a.. ak.. aku
tidak bisa bermain gitar, akan aku panggilkan guru les untukmu” ucap jia dengan
sedikit gugup.
~~
Beberapa
hari yongjun belajar bermain gitar dengan guru les nya, Jung Yonghwa. Ia tampak
sangat bersemangat, bahkan ia juga belajar dengan cepat.
“mungkin 1
atau 2 kali lagi pertemuan, dia sudah mahir” ucap yonghwa.
“ne..
gamsahamnida” balas jia mengantarkan yonghwa sampai di depan pintu.
Jia berbalik
ke ruang tengah, yongjun masih terus saja memainkan gitarnya, ya memang benar,
yongjun sudah mulai mahir memainkan benda ber-senar itu.
Yongjun
menyodorkan gitar itu pada jia yang sedari tadi memandanginya, yongjun berpikir
bahwa jia juga ingin memainkan benda itu. Namun jia menolak.
“yongjun-ah,
mulai besok aku harus pergi ke sekolah. Kau tidak apa kan kalau aku tinggal
sendiri dirumah? Aku bisa tidak lulus kalau terus-terusan tidak sekolah” ucap
jia pelan.
Yongjun
hanya mengangguk.
TBC Pemirsah
0 komentar:
Posting Komentar